Taufan Syariftan
Masa Kecil
Sejak kanak-kanak sebagian besar hidupnya dilalui di sebuah kota kecil bernama Cipanas (1100 m dpl) yang berada di kaki Gunung Gede-Pangrango, Kabupaten Cianjur. Kota Cipanas terkenal sebagai kota tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara. Di kota ini berdiri Istana Kepresidenan Republik Indonesia, di sebelah Utaranya terletak Kebun Raya Cibodas atau Taman Hutan Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden) yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (Gede-Pangrango National Park) pada ketinggian 1275 m dpl. Kedekatan bathin pada suasana alam pegunungan dan pengalaman semasa kecil yang indah inilah kemudian banyak berpengaruh dalam pembentukan dan proses pencapaian karirnya kelak.
Sejak kecil banyak melewatkan waktu bermain bersama teman-temannya untuk pergi ke gunung atau hutan yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya. Kegemarannya melukis makin menjadi setelah dia merasakan betapa indahnya suasana alam itu dan dengan bekal bakat yang dimiliki dia mencoba merekam lewat goresan tangan disetiap karyanya. Akhirnya dia memutuskan untuk memperdalam bidang seni rupa guna mengasah bakat dan keterampilannya tersebut. Setelah menempuh pendidikan formal pada era 1970-an, Taufan St memperluas pengetahuan dan pergaulan dibidang seni rupa dengan berbagai kalangan baik seniman maupun institusi seni di Bandung. Pengaruh trend seni rupa global maupun lokal yang begitu kuat pada saat itu, mendorongnya untuk melakukan banyak percobaan-percobaan (experimental art) dengan berbagai macam teknik dan media. Banyak karya telah dihasilkan dalam prosesnya, namun semua itu ternyata tidak juga dapat memenuhi hasrat terdalam yang lama terpendam dalam jiwa, mendesak diungkapkan dalam wujud impresi dan ekspresi alam liar.
Awal Karier
Seraya terus mencari jawaban dalam proses pencarian makna atas hasrat terbesarnya tersebut, Taufan St kemudian memutuskan untuk bekerja di bidang Commercial Art (en:Commercial_art) sebagai perancang grafis hingga akhir tahun 1990. Selepas berhenti dari pekerjaannya ini, dia kembali mulai menggeluti dunia seni rupa dan menggarapnya dengan tehnik (gaya) photo-realis atau hiper-realis (en:Hyperrealism_(visual_arts)). Dengan semakin matangnya pemahaman dan filosofi seni yang dibangun selama kurang lebih 2 dekade, membantu Taufan St menemukan jawaban atas hasrat idealisme dan konsep pemikiran tentang ekspresi berkesenian yang dicarinya. Jawaban ini kemudian dituangkan dalam filosofinya “seni tidak semata hanya untuk seni, tetapi seni untuk hidup dan kehidupan."
Berlandaskan filosofi tersebut Taufan St mulai meng-eksplorasi dan menggubah tema pada karya-karya lukisannya yang mencoba memadukan hasrat terdalam untuk mengungkap etika-estetika alam dalam ekspresi berkeseniannya. Adapun tema alam yang kemudian diangkat lebih menitikberatkan pada korelasi antara kondisi dan pengaruh lingkungan hidup saat ini, terhadap kehidupansatwa liar endemik dan langka di Indonesia beserta ekosistemnya, yang sering disebut dengan istilah "Seni Hidupan Liar" (Wildlife Art en:Wildlife_art). Tema ini dirasa perlu diangkat sebagai bentuk kepedulian dan rasa keprihatinannya dalam menyikapi situasi alam dan kelestarian lingkungan hidup yang semakin hancur hari demi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar